Minggu, 10 Januari 2010

Orang tua Perfectionist

Fingerprint Test dan Konseling.
Keluhan datang dari orang tua yang mengikutkan anaknya dalam fingerprint test. Nampaknya permasalahan tulisan tangan anaknya yang kurang baik mungkin telah disadari oleh orang tua, tetapi bisa jadi bukan menjadi fokus utama dalam mengembangkan anaknya. Namun setelah mengikuti fingerprint test maka tulisan yang buruk menjadi topik utama orang tua manakala mengetahui bahwa hasil tes anaknya, dinyatakan memiliki ketrampilan tangan yang baik. Protes atau keingintahuan yang besar muncul dalam benaknya sehingga ia datang dengan penuh semangat dalam menanyakan kasus anaknya pada saat sessi konsultasi.

Ia menyampaikan keluhan bahwa anaknya sulit untuk konsentrasi belajar, sehingga nilai yang diperoleh disekolah kurang sesuai dengan harapan terutama nampak tidak sesuai dengan urutan ranking kecerdasannya berdasar fingerprint test. Awalnya kami menyampaikan karakter anak karena informasi karakter dari fingerprint test sangat banyak membantu orang tua untuk dapat memahami anaknya. Tentunya di awal konsultasi kami perlu menumbuhkan keyakinan pada orang tua terhadap hasil fingerprint test. Oleh karena itu setiap kami menyampaikan informasi karakter kami juga meminta umpan balik tentang akurasi hasil tes dengan orang tua dan anaknya.

Dalam observasi selama konsultasi terhadap perilaku anaknya( SD kelas 4), si anak banyak menunduk dan kurang berani untuk menatap orang yang mengajaknya bicara. Sesekali ia menggigit-gigit tangannya, pandangannya lebih banyak kearah lain. Manakala menjawab pertanyaan, ia perlu dukungan dari orang tua, dimana mamanya menyampaikan “ tuh dijawab yang betul pertanyaan bapaknya”. Kami juga menyampaikan pada orang tua bahwa karakter anak sesungguhnya tidak bersikap demikian, tentunya setelah kami membuktikan karakter si anak dengan gejala yang nampak sehingga tumbuh keyakinan orang tua terhadap hasil test. Kami menyampaikan bahwa anak berada dalam keadaan tertekan sehingga menunjukkan gejala berbeda layaknya seorang anak.
Atas persetujuan orang tua, kami meminta anaknya keluar dari ruang konsultasi.

Kemudian kami sampaikan tentang perbedaan laporan mama dan anaknya. Kami juga sampaikan bila gejala anak memang cerdas dexterity bisa diterima berarti ada masalah tentang mengapa anak memiliki tulisan yang jelek dan malas membuat tulisan. Kami juga menyampaikan tentang sikap orang tua yang perfectionist berakibat kurang baik bagi pengembangan anak. Sang mama kemudian menceritakan bahwa ia tergolong orang yang menganggap bahwa setiap tindakan haruslah terbaik. Sehingga hal kecil juga diperhatikannya. Anak tidak diperkenankan untuk menulis dengan kertas atau buku yang berada pada posisi miring. Kertas atau buku harus tegak. Sikap duduk anak juga harus tepat. Tindakan inilah yang membawa akibat anak merasa sulit untuk belajar menulis. Koreksi yang diberikan oleh orang tua tentang hasil tulisan, membuat anak semakin malas belajar dan menulis sehingga berakibat pada nilai pelajaran yang kurang. Juga ia diidentifikasi dengan psikotes sebagai intelektual disability ketika masuk ke sebuah sekolah cukup favorite.

Manakala kami sebutkan gejala tentang anaknya yang cerdas, maka sang mama kemudian menangis dan sulit dihentikan. “Aku memang orang bodoh, yang tak mengerti bahwa aku diberkahi dengan anak yang cerdas”. “kapasitas otakku ( berdasar identifikasi fingerprint test) juga lebih kecil dibanding dia”, lanjutnya sambil menangis. Karena sulit dihentikan maka kami menyampaikan kepada sang mama, “ bila ibu merasa bodoh maka ibu bisa pergi pada orang pandai untuk belajar, jangan menangis terus karena tak mendatangkan manfaat”. Tangisnya semakin menjadi, kemudian kami sampaikan “bila ibu merasa bodoh maka berikan saja anaknya pada saya”, sang mama baru sadar dan berhenti menangis.

Pelajaran yang sangat penting yang dapat disimpulkan adalah bahwa anak memiliki gaya dan pola belajar sendiri dan ia adalah individu yang berbeda dengan kita. Suatu tindakan bijak bahwa kita tak bisa paksakan kemauan kita pada orang lain karena tak ada orang yang bersedia menggunakan pikiran orang lain tetapi pikirannya sendiri. Setiap tindakan yang dilakukan, karena individu setuju untuk dilakukan. Tak ada hasil optimal dengan memaksakan kehendak kita pada orang lain.

Salam Sukses Selalu.

Drs.Psi. Reksa Boeana
Executive Partner Smart Business Solution.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar