Minggu, 10 Januari 2010

Mengembangkan kecerdasan verbal

Fingerprint Test.

Setelah mengikuti fingerprint Test, seorang ibu dan nenek si anak datang untuk konsultasi. Sang mama menanyakan tentang anaknya yang pendiam dan sulit bicara. Berdasarkan hasil fingerprint test, ia tergolong anak yang introvert dengan perbedaan yang cukup besar sebagai tanda ia suka bekerja sendiri dan banyak bicara dengan dirinya sendiri. Pernyataan yang sering diutarakan adalah saya harus atau seharusnya. Sang anak menganggukkan kepalanya. Kami melanjutkan, anak seringkali bicara sepotong sepotong dengan kalimat pendek sesuai dengan pertanyaan yang diajukan. Hal ini dikarenakan kecerdasan interpersonal dan verbalnya rendah.

Pembicaraan pun dilanjutkan dengan “bagaimana mengembangkan kecerdasan verbal anak ?” tanya sang mama. Ia khawatir tentang masa depan anaknya yang pendiam. Banyak cara untuk dapat mengembangkan kecerdasan verbal :

1. Melalui dongeng atau bercerita kepada sang anak. Bisa berupa dongeng sebelum tidur atau mengajaknya keberbagai situasi. Kemudian menanyakan kesan kepada sang anak sehingga ia berlatih untuk menyampaikannya secara verbal. Mengarang sebuah cerita yang biasanya ditugaskan oleh guru bahasa. Namun kebanyakan orang tua membantu anak dalam membuat pekerjaan rumah tersebut.
2. Membaca buku atau menulis diary. Tentunya hal ini perlu disesuaikan dengan kecerdasan anaknya.
3. Latihan atau kursus presentasi, atau mengikuti kegiatan lomba debat dll.

Nampak air muka sang mama kurang bisa menerima, sehingga manakala kami menanyakan tentang saran2 tersebut. “pak saya masih belum paham, nampaknya yang bapak sampaikan kebanyakan teori”. “Bagaimana dengan anak saya ini pak?” tambahnya.

Bila dilihat dalam multiple intelligence ini berdasarkan hasil fingerprint test, memang anak ibu lemah di kecerdasan verbalnya. Namun ia memiliki kecerdasan imajinasi (howard Gardner menyebutnya, kecerdasan visual spatial, dalam 8 kecerdasan ) yang tinggi. Anak demikian cenderung bercerita khayal sesuai apa yang muncul dalam benaknya. Sang nenek yang tadinya diam, kemudian bercerita banyak tentang si anak, yang kadang-kadang berbicara yang tak masuk akal. Hal ini sebagai gejala dimana anak memiliki kecerdasan imajinasi yang tinggi. Biasanya anak yang seperti ini suka menggubah lagu sesuai situasi yang dihadapinya. “apa contoh yang dia bicarakan?” sambil kami terus menggali tentang permasalahannya.

Sang nenek melanjutkan ceritanya, “aku ingin terbang seperti burung”. Terus apa kelanjutannya? Sang nenek memandang pada mama si kecil. “ya .. saya katakan tak masuk akal, karena yang bisa terbang itu burung. Manusia tak bisa terbang karena tak memiliki sayap seperti burung”, tambah sang mama. Inilah faktor penyebab sang anak mengalami kesulitan dalam mengembangkan kecerdasan verbalnya. Gejala yang nampak bahwa ia sering menyampaikan “ terserah mama” manakala ia ditanya, lanjut kami dalam memberikan penjelasan. Nenek pun mengiyakan pernyataan kami.

Hal yang patut dipelajari disini adalah individu pasti akan menggunakan kecerdasan tertingginya manakala ia berinteraksi dengan orang lain atau melakukan aktifitasnya. Disinilah kita perlu memahami kecerdasan multiple intelligence diri kita sehingga kita dapat mengembangkan potensi kita secara optimal.

Salam Sukses Selalu
Drs.Psi.Reksa Boeana
Executive Partner Smart Business Solution.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar