Senin, 02 Juli 2012

Kecerdasan Logika Tinggi Vs Logika Kurang

Individu yang memiliki kecerdasan logika tinggi cenderung memiliki ciri-ciri : mudah menerima informasi/pembelajaran baru, butuh waktu yang singkat untuk memahami persoalan, mampu untuk berpikir secara strategi, mampu memecahkan suatu permasalahan dengan dengan alternatif yang telah ditimbang dengan baik. Dengan mengetahui kemampuan individu maka akan lebih mudah dalam memilih metode pembelajaran.

Individu dengan kecerdasan ini tergolong memiliki kemampuan yang cepat dalam menyerap informasi baru. Ia mampu untuk melakukan modifikasi terhadap apa yang telah diterimanya sehingga hal tersebut menjadi suatu hal yang baru dan memiliki nilai yang lebih tinggi. Dengan kemampuannya tersebut terkadang individu dengan kecerdasan ini cenderung untuk meremehkan pelajaran/informasi yang diterimanya, ia cenderung beranggapan bahwa hal tersebut adalah mudah.

Seorang individu dengan kecerdasan logika pada level 1 – 4 akan lebih cepat untuk mengerjakan suatu pekerjaan yang membutuhkan kecepatan dan kemampuan analisa. Individu tersebut dengan sedikit contoh dan penjelasan akan mampu untuk menuangkannya menjadi suatu program / hasil kerja yang nyata.
Lainnya halnya apabila individu memiliki level kecerdasan logika 5 – 7. Individu ini dalam mengerjakan suatu hal yang baru membutuhkan instruksi dan pengalaman yang berulang. Diharapkan dari instruksi dan pengalaman yang berulang tersebut bisa membuat individu memahami dengan cepat. Individu dengan level kecerdasan tersebut apabila menghadapi suatu permasalahan yang sedikit memiliki perbedaan cenderung akan kebingungan untuk memahaminya sehingga baik bagi individu untuk memperkaya informasinya, baik melalui pengalaman ataupun melalui buku-buku yang dibacanya (pengakuan beberapa orang klien pada saat konsultasi)

Melalui fingerprint test dapat diketahui peringkat kecerdasan ini, yang berguna dalam memilih metode belajar yang tepat bagi anak. Berguna pula bagi individu dalam mempersiapkan apa yang akan dilakukannya sehingga hasilnya menjadi lebih optimal. Dengan mengenali potensi kecerdasan akan memudahkan setiap individu untuk berkreasi dan berkembang.

Salam Sukses Selalu
Olsa Desiastu, S.Psi.
Senior Konsultan Smart Business Solution

Senin, 04 Juni 2012

Cerita seorang guru


Seorang pengajar (kls 2 SD) datang dan bercerita pada kami, bahwa ia memiliki seorang murid laki-laki yang menurut dia si murid adalah anak yang sangat sulit untuk menerima pelajaran. Pada saat pelajaran berlangsung murid tersebut hanya mampu duduk diam beberapa menit saja dan selanjutnya ia akan berjalan-jalan namun tidak mengganggu temannya namun secara tidak langsung hal tersebut mempengaruhi keadaan kelas. Ia juga sering tidak mau menyiapkan perlengkapan untuk belajarnya, apabila di tanyakan apakah ia membawa perlengkapan belajar selalu jawabannya adalah “ga tau mama tuch”, dan kemudian teman sekelasnya yang mencarikan buku maupun peralatan sekolahnya di dalam tas yang bersangkutan. Seringkali pengajar kesal dibuatnya, setiap ujian yang di berikan tidak pernah si murid mendapatkan nilai yang memuaskan.


Pengajar juga mengatakan bahwa waktu TK, individu adalah anak yang ringan tangan, seluruh teman sekelasnya tidak ada yang luput dari pukulannya. Namun setelah memasuki SD hal itu sudah berkurang.
Karena kesal yang sudah berujung akhirnya pengajar menerapkan sistem bahwa setiap hari semua murid akan diberi PR dan setiap jam pelajarannya semua murid di wajibkan untuk mengikuti ujian sebelum memulai pelajaran topik berikutnya. Hal ini terjadi berulang setiap hari dan hasil yang di dapat oleh individu tidaklah mengecewakan.

Dari sepenggal cerita pengajar tersebut, kalau di tinjau dari sisi fingerprint test ada beberapa hal yang bisa mempengaruhi :


1. Bisa jadi individu memiliki kecerdasan logika yang tergolong rata-rata, ia membutuhkan latihan berulang dan waktu yang relatif lebih panjang untuk memahami hal baru. Agar ia menjadi cakap maka individu cenderung membutuhkan pengalaman dan latihan. Baik individu untuk mendapatkan tambahan pelajaran sehingga kemampuannya tersebut menjadi lebih optimal. Dapat juga individu untuk mengikuti kursus yang menerapkan sistem pengulangan seperti kumon dan les-les tambahan. Hal ini dibuktikan dengan hasil ulangan yang cukup memuaskan pada individu setelah sang penggajar memberikan tugas-tugas dan ujian sebelum menambah materi pelajaran.”sukses terlahir karena latihan yang tepat”.


2. Di tinjau dari ciri-ciri individu yang tidak bisa duduk lebih lama untuk memperhatikan pelajaran dalam kelas, senang berjalan-jalan dapat di tarik kesimpulan individu memiliki cara belajar sensori learner. Dengan gaya belajar seperti ini daya tahan individu untuk belajar dengan kondisi duduk diam sangat rendah sehingga ia cenderung akan menggerak-gerakkan anggota tubuhnya. Baik bagi individu dalam belajar dengan menggerak-gerakkan anggota tubuhnya sehingga apa yang dipelajarinya menjadi lebih optimal. Dengan tipe seperti ini individu akan lebih mudah memahami apa yang dipelajarinya dengan ikut merasakan atau melakukan hal tersebut. Misalkan untuk penghitungan panjang 1 meter + 2 meter + 1 meter jumlahnya adalah ....... Bagi individu akan lebih mudah apabila ia menggunakan alat bantu ukur (meteran / penggaris) dan melakukan pengukuran tersendiri.


3. Manakala individu adalah seorang audio learner maka ia cenderung lebih menyukai belajar dengan mendengarkan sehingga ia cenderung belajar dengan bersuara. Ciri-cirinya adalah apabila ia membaca atau menulis pasti ia akan menyuarakan apa yang dibacanya atau d tulisnya. Dengan telinganya mendengar ia akan mengoptimalkan kemampuanya dalam menyerap dan memahami apa yang dipelajari.


4. Manakala kita perhatikan bahwa individu memiliki kemauan yang kuat untuk mendapatkan sesuatu dengan ciri-ciri apabila kita memberikan janji ia akan mengejar hingga janji tersebut terpenuhi maka bagi individu dengan karakter demikian untuk mengajaknya belajar / bekerjasama akan lebih mudah dengan melakukan persetujuan / kesepakatan. Dengan kesepakatan yang dilakukan maka individu akan mempunyai kewajiban terhadap apa yang dikehendakinya.


Dengan mengetahui kelebihan individu maka kita akan lebih mudah dan waktu yang diperlukan akan cenderung lebih singkat untuk menjadikan individu lebih optimal. Melalui fingerprint test maka kita dapat mengetahui kelebihan dan potensi yang dapat dikembangkan dengan lebih cepat dan optimal.

Salam Sukses Selalu
Olsa Desiastu, S.Psi.
Senior Konsultan Smart Business Solution

Senin, 21 Mei 2012

Kecerdasan Imajinasi Vs Kecerdasan Logika




Seorang individu yang memiliki kecerdasan logika tinggi akan menghubungkan suatu kejadian dengan kejadian yang lain secara logikanya. Misalnya saja pada saat dalam perjalanan tersebar kertas berwarna kuning dengan jumlah yang cukup banyak. Individu dengan logika tinggi akan berpikir dengan tersebarnya kertas-kertas tersebut mengindikasikan telah terjadi sesuatu. Individu tipe ini akan mencari tahu apa penyebab hal itu terjadi dan apabila sudah mengetahuinya maka ia akan mencari tahu untuk apa itu dilakukan.
Sedangkan bagi individu yang memiliki kecerdasan imajinasi berpendapat lain, ia tidak akan melihat kaitan kejadian melainkan lebih pada sisi lainnya misalkan kehilangan benda. Dengan tersebarnya kertas-kertas kuning tersebut ia beranggapan bahwa bisa saja kertas-kertas itu merupakan hasil prakarya / kerajinan tangan seorang anak yang tercecer di jalanan. Bisa pula bahan untuk membuat suatu kerajinan sehingga apabila kertas-kertas tersebut tidak ada maka kerajinan tangan tidak dapat di buat. “ kasihan.....”

Dari kedua ilustrasi diatas di gambarkan bahwa setiap individu memiliki pandangan dan pendapat yang berbeda sehingga dengan satu kejadian yang sama informasi yang diterima akan menjadi berbeda dan pendapat yang disampaikan juga pasti akan berbeda. Bayangkan apabila kita tidak memahami diri kita maupun orang lain maka hal kecil saja bisa menjadi suatu hal yang besar terkadang sampai memicu pertengkaran.
Alangkah indahnya apabila kita bisa saling memahami setiap diri individu sehingga dalam kehidupan akan tercipta damai. Dengan mengetahui hal tersebut sangat membantu kita untuk dapat menerima informasi atau pendapat orang lain.

Fingerprint test dapat mengetahui peringkat kecerdasan sehingga bermanfaat dalam melakukan sosialisasi di lingkungan. Bermanfaat juga untuk mengetahui bagaimana cara membimbing anak-anak kita agar dalam kehidupan kedepannya menjadi lebih baik dan optimal.

Salam Sukses Selalu
Olsa Desiastu, S.Psi.
Senior Konsultan Smart Business Solution

Rabu, 09 Mei 2012

Memahami Learning Style

Anak : Ma....tadi aku d marahi pak guru
Ibu : lho kenapa nak
Anak : Iya, ma td pak guru tanya, shof sholat di bagian mana yang punya pahala lebih besar.
Ibu : oh..trus adik jawab apa?
Anak : Ya terserah dimana aja kan sama aja yang penting sholat
Ibu : Adik jawab seperti itu. (Dengan kebingungan)
Anak : Iya dong...

Dari percakapan diatas, ibu tersebut datang kepada kami dan menyampaikan kebingungannya. Beliau tidak bisa menjelaskan kepada putrinya, beliau sendiri merasa pendapat putrinya ada benarnya juga tapi dia juga tidak bisamembenarkan pendapat putrinya. Ia tahu bahwa putrinya tidak mudah untuk diberikan penjelasan.

Setelah mendengar cerita si ibu maka kami mengajak beliau untuk melihat hasil dari tes fingerprint putrinya. Disana kami tunjukkan pada beliau bahwa;

1. Putrinya memiliki kecerdasan logika pada level 1 dan kecerdasan verbal pada level 2. Individu yang memiliki dua kecerdasan ini pada level tinggi tergolong individu yang mampu memahami sesuatu dengan cepat dan memiliki kemampuan logika yang baik sehingga ia tidak mudah untuk menerima penjelasan yang menurut logikanya tidak bisa diterima.

2. Kemudian kami mengajak ibu tersebut untuk melihat bagaimana gaya belajarnya, ternyata individu memiliki gaya belajar Enlightening. Dengan gaya belajar yang dimilikinya, dalam memahami sesuatu individu perlu di berikan beberapa contoh nyata yang terjadi dalam keseharian. Dengan contoh-contoh tersebut maka ia mampu menangkap apa makna yang terdapat dari hal yang disampaikan.

Si ibu juga menyampaikan bahwa kalau diberitahu putrinya tersebut pasti bilang “mama ini yach marah-marah terus”. Padahal si ibu tidak marah hanya suaranya sedikit keras.

Individu dengan tipe karakter seperti ini harus diberikan contoh yang banyak sehingga tidak menganggap 1 keadaan mewakili setiap keadaan. Contohnya suara keras = marah. Kita dapat berikan contoh misalkan ada seorang anak hendak menyebrang jalan, dia sudah melihat ke kanan-kiri dan keadaan jalan sepi maka menyebranglah dia, namun tiba-tiba ada mobil yang hendak lewat dengan kecepatan tinggi maka mama berteriak memanggil-manggil anak tersebut. Apakah itu mama marah?.
Atau bisa juga diberikan contoh bahwa orang yang tinggal di kota dan di tepi pantai kalau ngomong keras yang mana. Pasti lebih keras yang dipantai karena mereka bersaing dengan suara ombak.

Dengan contoh-contoh tersebut diharapkan bisa membuat anak menjadi lebih memahaminya.
Dengan memahami cara dan gaya belajar setiap individu secara cepat dan tepat sangat membantu orang tua dalam mengarahkan maupun menegur individu. Orang tua membutuhkan waktu yang relatif lebih singkat sehingga memiliki banyak kesempatan untuk mengambangkan potensi yang ada.
Melalui fingerprint test mampu menggali dan mengembangkan potensi dasar setiap individu dengan waktu yang relatif lebih cepat dan hasil yang diharapkan menjadi lebih optimal.

Salam Sukses Selalu
Olsa Desiastu, S.Psi.
Senior Konsultan Smart Business Solution