Kami diminta untuk memberikan konsultasi oleh pihak sekolah
di Tabalong Kalimantan. Awalnya kami merasa aneh karena kami diminta untuk
memberikan konsultasi atas hasil fingerprint test dari pihak kompetitor. Bukankah
pemilik fingerprint test itu yang sesungguhnya bisa memberikan konsultasi atas
laporan fingerprint test yang dihasilkannya. Berdasar atas permintaan tersebut
maka kami meminta perwakilan dari pihak sekolah untuk memberikan alasan mengapa
menggunakan jasa kami untuk memberikan konsultasi. Akhirnya kami dipertemukan
dengan pihak marketing, yang mengenalkan fingerprint test tersebut ke sekolah
itu.
Berdasar atas hasil pembicaraan dengan pihak marketing, maka
didapatkan kesimpulan tentang permasalahan yang terjadi. Pihak konselor pembaca
hasil laporan fingerprint test sudah memberikan konsultasi di sekolah tersebut.
Namun belum selesai seluruh pengguna jasa fingerprint diberikan konsultasi,
konselor pembaca hasil fingerprint test sudah kembali ke Jakarta. Ada permasalahan
apakah ? Pihak marketing tidak bisa
menjelaskan secara detail penyebab tidak dilanjutkannya konseling meskipun tiket kepulangan ke Jakarta masih ada waktu 3 hari lagi ( mengingat cukup
banyak orang yang membutuhkan konsultasi ). Kamipun membatasi jumlah yang bisa
kami lakukan konseling, dimana untuk selanjutnya menggunakan jasa fingerprint
test kami. Apakah perbedaannya dengan laporan fingerprint test lain, tanya sang
istri. Itu bisa bapak – ibu pelajari dari blog kami ini. Akhirnya marketing
tersebut menceritakan bahwa ia sudah cukup lama belajar fingerprint test dari
blog ini karena tidak ada blog yang menjelaskan detail tentang fingerprint
test. Bahkan dalam buku fingerprint test yang beredar juga mengambil informasi
dari blog ini tanpa menyebutkan siapa penulis dari blog kami. Ia pun
menunjukkan copy materi fingerprint test dari blog kami yang disimpannya di notepadnya.
Disepekati yang dapat
kami berikan konseling hanya sebatas 32 orang karena kami telah mendapatkan
banyak permintaan fingerprint test ulang dari orang tua baik di Jakarta maupun
Surabaya. Hasil fingerprint test ternyata berbeda. Kami juga meminta pada pihak
marketing untuk diadakannya seminar fingerprint test analisa sidik jari agar
orang tua memahami perbedaan pelaporan hasil fingerprint test. Disamping seminar
umum, kami juga meminta untuk diadakan konseling kelompok agar pemahaman orang
tua dapat jauh lebih baik dimana mereka bisa menjadi lebih paham tentang
perbedaan masing-masing individu. Dengan cara demikian maka orang tua menyadari
perbedaan treatment atau perlakuan antara anak satu dengan yang lainnya. Pada saat
konseling pribadi, waktu konseling menjadi
jauh lebih singkat karena pemahaman orang tua. Konseling lebih
diprioritaskan tentang bagaimana melakukan pengembangan pada anak dan
kasus-kasus yang dihadapi orang tua dalam menangani anaknya. Didalam lingkungan
kerja, mereka menjadi jauh lebih memahami rekan kerjanya dan bagaimana mereka
memberikan penugasan atau saling berinteraksi antara satu dengan lainnya.
Pada akhirnya kami juga meminta seluruh laporan hasil
fingerprint test tersebut untuk dipelajari lebih dulu. Laporan yang diberikan
kepada kami, berupa urutan kecerdasan individu dari 8 kecerdasan bukan 10
kecerdasan sesuai dengan jumlah sidik jarinya. Laporan juga tidak mencantumkan
karakter individu yang sebetulnya bermanfaat bagi orang tua untuk mengetahui
bagaimana cara mengembangkan anaknya sesuai dengan karakter dan kecerdasannya. Kamipun
menyiapkan slide presentasi untuk pembahasan konseling kelompok dengan laporan
fingerprint dari kompetitor.
Selamat mengembangkan diri, salam sukses selalu
Drs. Psi. Reksa Boeana
Executive Partner PT. Smart Business Solution
031-8781491